Autophagy, suatu proses di mana sel mendegradasi dan mendaur ulang komponen mereka sendiri, memainkan peran penting dalam mempertahankan homeostasis seluler dan mempromosikan kelangsungan hidup sel sebagai respons terhadap stres. Disfungsi dalam autophagy telah dikaitkan dengan berbagai penyakit, termasuk kanker, gangguan neurodegeneratif, dan sindrom metabolik. Dengan demikian, memahami mekanisme molekuler yang mengatur autophagy sangat penting untuk mengembangkan strategi terapi baru.
Penelitian terbaru telah menjelaskan peran protein APG9 dalam regulasi autophagy. APG9, juga dikenal sebagai ATG9A, adalah protein transmembran yang penting untuk pembentukan autofagosom, vesikel membran ganda yang menyita komponen seluler untuk degradasi. Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa APG9 diperlukan untuk perekrutan protein terkait autophagy lainnya ke lokasi pembentukan autophagosome, tetapi mekanisme yang tepat di mana APG9 mengatur autophagy tetap tidak jelas.
Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Cell Reports telah memberikan wawasan penting tentang peran APG9 dalam regulasi autophagy. Para peneliti menggunakan kombinasi teknik biokimia, genetik, dan pencitraan untuk menyelidiki fungsi APG9 dalam sel ragi, organisme model yang banyak digunakan untuk mempelajari autophagy. Mereka menemukan bahwa APG9 diperlukan untuk perdagangan mesin autophagy yang efisien ke struktur pra-autofagosom, langkah kunci dalam inisiasi autophagy.
Selain itu, para peneliti menemukan bahwa APG9 berinteraksi dengan kompleks protein yang disebut kompleks ATG1 kinase, yang diketahui memainkan peran sentral dalam regulasi autophagy. Mereka menunjukkan bahwa APG9 difosforilasi oleh kompleks ATG1, dan bahwa fosforilasi ini diperlukan untuk lokalisasi APG9 yang tepat ke struktur pra-otofagosom. Temuan ini menunjukkan bahwa APG9 bertindak sebagai protein perancah yang membantu merekrut mesin autophagy ke lokasi pembentukan autophagosome.
Yang penting, para peneliti juga menunjukkan bahwa mutasi pada APG9 yang mengganggu interaksinya dengan kompleks ATG1 menyebabkan cacat pada autophagy dan gangguan kelangsungan hidup sel dalam kondisi kelaparan nutrisi. Ini menyoroti pentingnya APG9 dalam mengatur autophagy dan mempertahankan homeostasis seluler sebagai respons terhadap stres.
Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan wawasan baru tentang mekanisme molekuler yang mengatur regulasi autophagy dan menyoroti pentingnya APG9 dalam proses ini. Penelitian lebih lanjut tentang peran APG9 dalam autophagy dapat mengarah pada pengembangan strategi terapi baru untuk penyakit yang terkait dengan disfungsi autophagy. Temuan penelitian ini berkontribusi pada pemahaman kita tentang jaringan regulasi yang kompleks yang mengatur proses seluler dan memiliki implikasi penting bagi kesehatan manusia.